Banner

Kiprah Para Dokter Dalam Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945

Dr. dr. Muhammad Isman Jusuf, Sp.N, FISQua

Departeman Kajian Sejarah dan Kepahlawanan Dokter

Bidang Organisasi PB IDI

 

Saat ini kita bangsa Indonesia memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke 79 Republik Indonesia. Masih terekam dalam memori sejarah bangsa,  saat Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 di rumah kediaman Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.  Ada banyak tokoh bangsa yang ikut terlibat dalam proklamasi kemerdekaan. Namun banyak yang belum mengetahui bahwa ada sejumlah dokter yang ikut berkiprah dan berpartisipasi dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan tersebut. 

  1. Dokter R.Soeharto

    (Foto dr.R.Soeharto bersama Bung Karno)

Dikisahkan bahwa pada 17 Agustus 1945 dini hari, Bung Karno mulai merasakan badannya tidak enak dan demamnya meninggi. Bung Karno berinisiatif untuk beristirahat di kediamannya di Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Pagi harinya belum ada tanda-tanda kondisi Bung Karno  akan kembali pulih. Namun, segalanya berubah ketika dokter pribadinya, dr. R. Soeharto datang pada pukul 07:00.

Dokter R. Soeharto mendapati Bung Karno dalam keadaan demam tinggi. Beliau melakukan observasi terhadap kondisi badan Soekarno, terutama suhu, nadi, pernapasan, dan lain-lain. Berdasarkan hasil pemeriksaannya, dr.R. Soeharto  menyimpulkan bahwa Bung Karno menderita penyakit malaria. Tindakan pun diambil. Atas persetujuan Bung Karno, dengan segera dr. R. Soeharto memberikan suntikan chinine-urethan intramesculair dan selanjutnya Bung Karno diberi broom chinine untuk diminum. Obat itu mujarab. Bung Karno segera kembali bugar dan dapat membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia pada pukul 10.00 tepat. Bisa dibayangkan jika sekiranya Bung Karno masih sakit dan dr.R.Soeharto tidak datang mengobati, mungkin proklamasi kemerdekaan tidak dapat terlaksana pada 17 Agustus 1945. Sebelumnya pada tanggal 9 sampai 14 Agustus 1945, dr. R Soeharto sebagai dokter pribadi Bung Karno turut mendampingi Soekarno, Mohammad Hatta dan dr. Radjiman Wedyodiningrat berangkat ke Dalat Vietnam, untuk mendapatkan kepastian mengenai kemerdekaan Indonesia.

  1. Dokter R. Soetjipto Gondoamidjojo.

    (Foto dr.R.Soetjipto saat proklamasi 17 Agustus 1945)

Apabila kita melihat foto saat pembacaan teks Proklamasi kemerdekaan di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta pada 17 Agustus 1945, akan tampak seorang tokoh yang berdiri di belakang Bung Karno, tepat di sebelah kanan Bung Hatta yang mengenakan seragam seperti pasukan Jepang. Itulah Dokter Raden Soetjipto Gondoamidjojo, seorang tentara Pembela Tanah Air (PETA). Dilihat dari struktur organisasi PETA, dr Soetjipto berpangkat Eisei Chudanco (Perwira Kesehatan). 

Dokter Soetijipto memang bukan tokoh sentral Proklamasi, tapi beliau ikut terlibat langsung dalam pengamanan Rengasdengklok dan pembacaan teks Proklamasi di Pegangsaan Timur itu. Beliau bersama kawannya, Shudanco Singgih, melakukan pengamanan terhadap Bung Karno dan Bung Hatta ke tepi Sungai Citarum, yaitu di markas tentara PETA Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Di tempat tersebut terjadi kompromi antara Bung Karno dan Bung Hatta di satu pihak dengan pemuda dan PETA yang diwakili oleh Soekarni, dr Soetjipto dan Singgih di lain pihak, bahwa kedua pemimpin bangsa Indonesia tersebut bersedia memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada keesokan harinya tanggal 17 Agustus 1945.

  1. Dokter Muwardi

    (Foto dr.Muwardi saat proklamasi 17 Agustus 1945)

Dokter Moewardi ditunjuk menjadi pemimpin Barisan Pelopor untuk seluruh Jawa dan bertugas mengamankan para pemimpin serta lokasi pembacaan teks proklamasi dari ancaman kerusuhan. Dalam peristiwa mengamankan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945, dr. Muwardi bersama Sayuti Melik mendapat tugas untuk membangunkan Bung Karno. Pada 17 Agustus 1945 di rumah kediaman Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta mulai ramai dikunjungi orang, dr.Muwardi menjamin keadaan aman. Sudah diputuskan, pembacaan Proklamasi akan dilangsungkan pagi itu, tetapi saatnya masih akan ditentukan oleh Bung Karno. 

Waktu sudah mendekati pukul 10.00 tetapi Bung Hatta belum juga datang. Dokter Muwardi khawatir kalau Proklamasi belum dibacakan sudah di serbu Jepang, sehingga akhirnya proklamasi gagal. Beliau menemui Bung Karno dan mendesak agar segera mengumumkan proklamasi sendiri saja tanpa menunggu kedatangan Bung Hatta dikarenakan Bung Hatta sudah menandatangani teks Proklamasi. Namun Bung Karno tidak bersedia membacakan proklamasi tanpa kehadiran Bung Hatta.

Akhirnya Bung Hatta tiba di lokasi acara. Bung Karno dan Bung Hatta keluar rumah menuju halaman depan di mana sudah tersedia mikrofon dan tiang bendera. Tepat pukul 10.00, Bung Karno membacakan teks proklamasi kemerdekaan. Setelah upacara selesai, dr. Muwardi masih tinggal untuk berunding dengan Sudiro memilih 6 orang dari Barisan Pelopor yang pendekar pencak silat untuk menjadi Barisan Pelopor Istimewa yang bertanggung jawab atas keamanan pribadi Bung Karno yang menjadi Presiden pertama RI sesudah proklamasi kemerdekaan.

  1. Dokter KRT Radjiman Wedyodiningrat

    (Foto dr.Radjiman saat proklamasi 17 Agustus 1945)

Dalam upacara pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945,  banyak dihadiri sejumlah tokoh bangsa dan para anggota Barisan Pelopor. Diantara para hadirin yang menjadi saksi mata peristiwa tersebut adalah Dokter KRT Radjiman Wedyodiningrat. Dalam foto terlihat dibelakangnya dr.Radjiman ada Soediro dari Barisan Pelopor, Teuku M.Hasan mewakili Indonesia Barat dan GSSJ Ratulangi mewakili Indonesia Timur

Sebelum proklamasi kemerdekaan dikumandangan, dr. Radjiman telah ikut terlibat dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Beliau berperan sebagi Ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), sebuah badan yang dbentuk pada 29 April 1945 yang memainkan peran kunci dalam menyusun kerangka dasar yang membentuk konstitusi Negara Indonesia yang dikenal dengan nama Undang-Undang Dasar 1945. BPUPKI bubar pada 7 Agustus 1945 dan diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Anggota PPKI berjumlah 21 orang, salah satu diantaranya adalah dr.Radjiman. 

Pada 9 Agustus 1945, dr Radjiman bersama Bung Karno dan Bung Hata berangkat ke Dalat, Vietnam untuk memenuhi panggilan Jenderal Terauchi. Selain membicarakan pengangkatan anggota PPKI, juga untuk membahas perihal kemerdekaan Indonesia. Pertemuan tiga tokoh bangsa dan Jenderal Terauchi terjadi pada 12 Agustus 1945. Setelah pembicaraan selesai, ketiganya kembali ke Indonesia pada 14 Agustus 1945. Ketika sampai di Indonesia, tiga tokoh tersebut berusaha diyakinkan oleh golongan muda bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu sehingga bangsa Indonesia harus segera memproklamasikan kemerdekaan tanpa PPKI. Pada akhirnya, Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 tanpa campur tangan pihak Jepang.

Bagikan Artikel Ini
Hotline