Banner

Sosok Dokter Dalam Film Pengkhianatan G30S/PKI

Dr. dr. Muhammad Isman Jusuf, Sp.N, FISQua

Departemen Kajian Sejarah dan Kepahlawanan Dokter

Bidang Organisasi PB IDI

 

Setiap Tanggal 1 Oktober diperingati oleh bangsa Indonesia sebagai Hari kesaktian Pancasila. Masih segar dalam ingatan kita, semasa orde baru, film Pengkhianatan G30S/PKI  menjadi film yang selalu diputar menjelang peringatan Hari Kesaktian Pancasila. Sebuah film yang mengungkap sejarah dan fakta tentang tragedi yang terjadi pada 30 September 1965. Film tersebut disutradarai oleh Arifin C Noer dengan durasi penayangan 3 jam 40 menit. Film Pengkhianatan G30S PKI tayang perdana di layar bioskop pada tahun 1984 dan mulai ditayangkan di Televisi Republik Indonesia (TVRI) pada tahun 1985. Beberapa aktor turut membintangi film yang diproduksi oleh Perum Produksi Film Nasional (PPFN), salah satunya adalah Amoroso Katamsi.

 

Dalam film Pengkhianatan G30S PKI tersebut, Amoroso Katamsi mendapat peran sebagai Pangkostrad Mayor Jenderal Soeharto dan dianggap sukses mengimitasi sosok Soeharto. Dalam proses pendalaman karakter, beliau bertemu dan mengamati Soeharto selama sehari di peternakannya di Tapos, Bogor. Peran  Amoroso sebagai Soeharto dalam film itu membekas di benak publik. Bahkan Ibu Tien Soeharto sendiri pernah melontarkan pujian kepada Amoroso karena berhasil menirukan mimik dan gestur suaminya walau hanya sekali bertemu.

 

Pada Festival Film Indonesia tahun 1984, Film Pengkhianatan G30S/PKI  meraih sejumlah penghargaan diantaranya skenario terbaik, penyutradaraan terbaik, tata musik terbaik, tata artistik terbaik, dan juga tata kamera terbaik. Amoroso Katamsi sendiri memperoleh Piala Citra sebagai aktor terbaik. Tak hanya sekali itu Amoroso melakoni peran sebagai Soeharto. Dalam film Djakarta 1966 yang tayang pada tahun 1988, tokoh kelahiran Jakarta 21 Oktober 1940 ini juga memerankan Mayjen Soeharto menjelang keluarnya Supersemar. Selanjutnya  dalam film Di Balik 98 yang tayang pada tahun 2015 beliau berperan sebagai Presiden Soeharto menjelang kejatuhannya.

(Foto dr. Amoroso Katamsi)

Selama ini publik mengenal Amoroso Katamsi adalah seorang aktor. Namun belum banyak yang tahu bahwa beliau juga adalah seorang dokter. Kematian neneknya akibat operasi yang gagal membuatnya bertekad untuk menjadi seorang dokter. Selepas SMA, Amoroso Katamsi melanjutkan studi ke Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Selama studi beliau memperoleh  beasiswa dari TNI AL dan berhasil menyelesaikan pendidikan dokternya pada 1966. Usai lulus, ia diangkat menjadi dokter tentara berpangkat letnan dan terakhir berkarier di militer dengan pangkat Laksamana Pertama. Beliau juga melanjutkan pendidikan dokter spesialis kedokteran jiwa dan bertugas sebagai psikiater di RSAL Dr. Mintohardjo, Jakarta

 

Selain itu dr. Amoroso aktif berorganisasi. Semasa masih mahasiswa, bergabung dengan organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Terakhir di Gerakan Pramuka, dr. Amoroso menjabat sebagai Wakil Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka dua periode, yakni 2003-2008 dan 2008-2013. Dalam dunia perfilman, pernah menjabat Direktur Perusahaan Film Negara (1990-1998), Sekretaris Dewan Juri Film Cerita pada Festival Film Indonesia 1990 dan Festival Film Indonesia 1992, Ketua Dewan Juri Sinetron Cerita pada Festival Sinetron Indonesia 1995 serta  Ketua Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI). Dalam dunia akademis, dipercaya menjadi Pembantu Rektor Institut Kesenian Jakarta dan Universitas Islam As-Syafiiyah serta mengajar di Program Studi Teater, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Kesenian Jakarta.

 

Sosok multi talenta ini meninggal dunia di RSAL Dr. Mintohardjo, Jakarta pada Selasa 17 April 2018 dan  dimakamkan di TPU Pondok Labu, Jakarta Selatan. Kiprah almarhum Laksamana Pertama TNI (Purn) dr. Amoroso Katamsi, Sp.KJ sebagai dokter, tentara, aktor, birokrat, akademisi dan organisatoris mengingatkan kita tentang trias peran dokter Indonesia sebagaimana yang telah diteladankan oleh dr.Wahidin Sudirohusodo dan para dokter perintis lainnya bahwa seorang dokter tidak hanya berkiprah sebagai agent of treatment semata, terapi juga mengabdikan dirinya sebagai agent of change dan agent of development bagi masyarakat, bangsa dan negara. 

Selamat Hari Kesaktian Pancasila. Alfateha untuk almarhum dr.Amoroso Katamsi.

Bagikan Artikel Ini
Hotline