Sosok Dokter Sebagai Nama Lembaga Pers Indonesia
Sejarah mencatat bahwa dalam sidang pleno dewan pers di Denpasar, Bali pada 17-19 Juli 1987, diputuskan bahwa dewan pers perlu mendirikan pusat pendidikan pers. Untuk merealisasikan hal tersebut maka Dewan Pers membentuk Yayasan Pers Dr. Soetomo pada 5 Februari 1988. Selanjutnya Yayasan mendirikan Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) pada 23 Juli 1988 di Jakarta. LPDS mengemban tiga tugas pokok, yaitu:
- menyelenggarakan pendidikan di bidang jurnalistik dan manajemen pers.
- menyelenggarakan pendidikan di bidang lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan sarana komunikasi yang baik.
- mengadakan pengkajian, penelitian, pusat dokumentasi, dan pengembangan ilmu jurnalistik.
Yayasan dan lembaga pers menggunakan nama Dr.Soetomo untuk menghormati salah seorang perintis gerakan kebangsaan Indonesia, dimana pada tahun 1908 Soetomo bersama para mahasiswa sekolah kedokteran STOVIA, ikut mendirikan Boedi Oetomo. Tokoh kelahiran Nganjuk 30 Juli 1888 ini tidak hanya dikenal sebagai tokoh pergerakan nasional, tetapi juga insan pers. Sebagai aktivis pergerakan, Dr. Soetomo menyadari bahwa surat kabar pada masa itu memegang peranan penting dalam usaha memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Wajar jika kemudian beliau termotivasi untuk mengembangkan surat kabar.
Dalam setiap organisasi pergerakan yang diikutinya, alumnus sekolah kedokteran STOVIA tahun 1911 ini, selalu menginisiasi pembentukan media massa. Saat menjabat sebagai ketua organisasi Boedi Oetomo, beliau menggagas majalah bulanan Goeroe Desa sekaligus merangkap sebagai pemimpin umum surat kabar Boedi Oetomo, terbitan tahun 1920 di Bandung dan Yogyakarta. Pada tahun 1924, Dr. Soetomo ikut terlibat dalam organisasi Indonesische Studie Club (ISC) di Surabaya. Organisasi ini menerbitkan surat kabar bulanan, Soeloeh Indonesia, dengan Dr. Soetomo sebagai pemimpin umum koran tersebut. Selanjutnya Soeloeh Indonesia dilebur dengan majalah milik ISC Bandung dan diberi nama Soeloeh Indonesia Moeda. Pada tahun 1930, ISC berubah menjadi Persatoean Bangsa Indonesia (PBI) dan menerbitkan harian Soeara Oemoem pada tahun 1931. Majalah ini terbit di bawah bendera NV Handel Mij dan Drukerij ‘Indonesia’, dimana Dr. Soetomo sebagai Ketua PBI, bertindak sebagai komisaris. Perusahaan ini juga menerbitkan sejumlah surat kabar diantaranya Tempo di Yogyakarta, Panjebar Semangat, dan Pedoman di Surabaya. Bahkan penyebar semangat menjadi majalah berbahasa Jawa yang tetap eksis sampai sekarang.
Pada tahun 1936. Dr Soetomo didaulat sebagai ketua perkumpulan para pengelola surat kabar. Beliau memperjuangkan aspirasi perusahaan surat kabar kepada pemerintah kolonial Belanda. Disamping berperan sebagai direktur di sejumlah perusahaan koran, dr Soetomo juga adalah seorang jurnalis. Beliau banyak menulis artikel dalam berbagai terbitan. Saat berada di luar negeri, beliau rajin mengirimkan tulisan untuk diterbitkan di sejumlah surat kabar Indonesia. Tulisannya terkenal tajam serta tersusun dengan baik. Dr. Soetomo wafat di Surabaya pada tanggal 30 Mei 1938 dan dimakamkan disana. Untuk menghargai jasa-jasanya bagi bangsa dan negara, maka berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 657 Tahun 1961, tanggal 27 Desember 1961,beliau ditetapkan menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Namanya juga diabadikan menjadi nama RSUD di Surabaya.
Dalam rangka memperingati Haru Ulang Tahunnya yang ke-36, maka pada 23 Juli 2024, Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) meluncurkan Buku yang berjudul “Dr. Soetomo: Penggerak Kebangkitan dan Kiprahnya dalam Pers”. Buku tersebut membahas kiprah dr. Soetomo dalam kebangkitan pers Indonesia. Selama ini publik mengenal dr. Soetomo sebagai tokoh pergerakan nasional. Namun belum banyak yang tahu bahwa Dr. Soetomo juga adalah seorang jurnalis, penulis, pengusaha, dan pendiri sejumlah media. Dalam berkarya, Dr. Soetomo tidak menggunakan pers untuk memperkaya dirinya. Perusahaan pers yang dibangunnya, semata-mata bertujuan untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pendidikan dan dampak dari penjajahan. Bagi dunia pers, Dr. Soetomo merupakan salah satu tokoh yang telah berkontribusi memberikan pondasi bagi kebebasan pers di Indonesia. Alfatehah untuk almarhum Dr. Soetomo. Selamat Hari Pers Nasional.
(Dr.dr. Muhammad Isman Jusuf, Sp.N, FISQua - Ketua Departemen Kajian Sejarah dan Kepahlawanan Dokter Bidang Organisasi PB IDI)